Beberapa tahun yang lalu saat masih duduk dibangku kuliah tanpa sengaja aku memegang leher karena saat itu aku sedang mempraktekan pemeriksaan Head to Toe dan merasa ada benjolan dileher sebelah kanan, aku cek lagi yang sebelah kiri tidak teraba benjolan, aku merasa ada yang aneh... saat itu aku mikir apa ini normal?ini bukan deviasi trakea, apa ini ciri-ciri TB? karena saat itu aku baru selesai praktek di ruangan khusus pasien TB dan saat memberikan penkes pada pasien aku diminta untuk melepas masker sebentar? aku sempat khawatir saat itu aku belum bilang sama orangtua aku, aku mau mastiin dulu apa benjolan ini bakal membesar atau engga, dan ternyata semakin lama semakin membesar apalagi kalau lagi stress dan makan makanan yang sembarangan *maklum namanya kuliah jam tidur dan jam makan pasti akan berantakan* lanjut.. nah, berhubung aku khawatir dengan benjolan yang semakin membesar akhirnya aku bilang sama kakak aku kalau di leher aku ada benjolan dan kakak menganjurkan aku untuk berobat, tapi karena aku orangnya malas untuk berobat dan minum obat, aku tidak berobat saat itu *jangan dicontoh*, setelah lulus kuliah barulah aku berobat, saat itu aku dibawa ke puskesmas tempat kakak ku kerja dan dianjurkan untuk pemeriksaan T3 T4 setelah itu aku diberi resep dokter untuk terapi obat dulu, terpaksa aku harus rutin minum obat selama 3 bulan dengan 5 macam obat dan itu gede-gede banget. reaksinya? sama aja benjolannya gak ilang gak mengecil tapi gak membesar juga masih tetep segitu. kakak ku bilang jika sudah 3 bulan tidak ada perubahan jangka waktu ditambah dan dosis dikurangi *aku masih harus minum obat* tapi aku gak mau, aku ngerasa percuma karena menurut aku minum obat itu nyiksa banget buat orang yang susah minum obat. satu setengah tahun benjolan ku ga aku obatin, aku ga pantang makan dan alhasil benjolan ku semakin membesar. akhirnya aku beraniin diri buat berobat karena aku ngerasa aku cape semakin hari semakin sesek, aku gabisa kecapean dikit, aku gabisa kena stress dikit, aku gabisa kepanasan, aku tremor, dan rambut aku semakin rontok, aku berobat ke klinik dan klinik ngerujuk aku buat ke rumah sakit. daaaaaannnnnn.....
02 september 2019 tepat di hari ulangtahun aku, aku masuk rumah sakit *sedih banget apalagi pas orang RS nya ngucapin selamat ulangtahun ya kak, tapi ulang tahun nya malah masuk RS* next.. aku ketemu dokter dan dokter bilang satu-satunya cuma dengan operasi, aku bener-bener mikir lama sampe 2 bulan, aku bilang sama keluarga dan aku juga bilang sama calon suami aku karena menurut aku yang paling penting itu dia karena aku gamau dia sampe nyesel nantinya, mereka bilang kalau memang operasi jalan satu-satunya itu kembali lagi ke diri aku, siap atau enggak. setelah diskusi dan mikir sampe 2 bulan lebih aku balik lagi ke rumah sakit, aku mutusin untuk operasi dan udah nerimain sama semua resikonya.
25 november 2019 jam 20.30 wib masuk ruang operasi 23.30 wib aku kembali ke ruang perawatan, luamayan lama. pas sadar perawatnya nunjukin hasil operasi benjolannya sebesar telur. belum selesai sampai disitu... benjolan yang udah di angkat tadi masih harus dilakukan pemeriksaan laboratorium/PA dan hasilnya baru akan jadi kurang lebih 2 minggu. saat itu tanggal 10 desember 2019 aku ditelpon pihak rumah sakit kalau hasil PA sudah bisa di ambil, sepulang kerja aku langsung pergi ke rumah sakit dan sesampainya di rumah sakit petugas lab memberikan hasil PA. aku duduk.. aku buka surat hasilnya dengan penuh harap bahwa hasilnya akan bagus, aku sembuh, aku udah ga akan ngeluh lagi, semua bakal baik-baik aja... setelah lihat hasilnya, aku pasrah, aku coba buat nyemangatin diri aku sendiri, aku ngeyakinin diri aku sendiri kalau aku bakal sembuh bakal baik-baik aja dan aku harus kuat.
setelah satu minggu hasil PA muncul, aku balik lagi ke rumah sakit untuk ketemu dokter untuk baca hasil PA. saat masuk ruangan.. seperti biasa dokter senyum, nyapa dan nanya kabar aku, setelah itu aku langsung sodorin kertas hasil PA sambil buka kertas hasil PA dokter nanya ''kamu udah baca?"... udah dok"... "terus gimana hasilnya?" "aku cuma senyum aja", pas udah baca dokter cuma diem aja, mungkin kaget liat hasilnya.... dokter memvonis aku CA Tyroid, aku harus dirujuk dan aku harus operasi lagi, saat itu aku bener-bener pengen nangis sekenceng-kencengnya, perasaan aku hancur, badan aku lemes, dan aku cuma inget Alm. kedua orangtua aku, aku pikir setelah operasi itu bakal jadi pengalaman untuk yang pertama dan yang terakhir, ternyata bukan.
10 januari 2020 aku sama kakak-kakak ku pergi ke jakarta untuk nemuin Dr. Sp. OnK, setelah ketemu dokter ngejelasin hasil PA itu ke mereka, karena selama ini aku gak pernah bilang.. aku rasa dokter yang lebih tahu tentang hasil itu. saat itu dokter juga bilang mau gamau tyroid ku harus di angkat semua karena beresiko besar akan kambuh lagi, untuk ngebuktiin akhirnya aku USG leher dan hasilnya memang masih ada benjolan, dari hasil PA juga bahwa CA Tyroid aku like a mushroom, dia bakal nyebar kemana-mana dan gak cuma satu doang, dia beranak, dan yang lebih parah kalau sampai gak di ambil dia bakal nyebar ke tulang dan kelenjar getah bening *seinget aku sih kayanya gitu* untuk mencegah itu mau gamau aku harus operasi lagi, tapi katanya CA Tyroid ini CA yang pertumbuhan nya paling lambat sekitar 5tahun tapi setelah itu dia bakal kambuh lagi.
dan, akupun pernah baca disalah satu tautan jika pengidap CA Tyroid sudah pernah melakukan operasi dia hanya akan bisa bertahan selama 5tahun? Wallahu A'lam Bisshowab urusan mati itu urusan Allah SWT yang penting sudah berusaha untuk sembuh :)
*ini hanya sedikit cerita dari aku, jika ada yang sama seperti aku mari sama-sama berjuang, perbanyak sharing, saling menguatkan, dan saling menyemangati...terimakasih sudah membaca, semoga kita selalu diberikan kesehatan dan kesembuhan, aamiin ya rabba'aalamiin :)
nurse
Rabu, 05 Februari 2020
Kamis, 05 November 2015
LP dan SP pemasangan infus
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Infus cairan intravena adalah pemberian cairan kedalam tubuh melalui jarum kedalam pembuluh vena untuk mengganti kehilangan cairan. Pemasangan infus biasanya diberikan pada pasien yang mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan, pasien yang susah makan dan lain-lain. Di dunia kesehatan seorang perawat harus bisa memasang infus dengan baik karena apabila terjadi kesalahan dapat berakibat rusaknya pembuluh darah atau vena pada pasien.
Sebagai seorang perawat tidak hanya harus pandai memasang infus tetapi juga harus bisa merawat infus selama selang itu masih digunakan oleh pasien. Perawatan infus ini bertujuan agar tidak terjadi infeksi akibat punusukan saat memasukan selang infus ke dalam pembuluh darah. Tapi sekarang banyak sekali tenaga medis atau perawat yang menyepelekan tindakan tersebut, padahal perawatan infus sangat penting bagi pasien.
1.2. Rumusan Masalah
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa manfaat pemasangan infuse ?
2. Bagaimana strategi pemasangan infuse ?
1.3. Tujuan
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui laporan pendahuluan tentang pemasangan infuse
2. Untuk mengetahui strategi pelaksanaan pemasangan infuse
BAB II
PENDAHULUAN
A. L APORAN PENDAHULUAN PEMASANGAN INFUS
2.1. Definisi
Pemasangan infus adalah pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan/zat-zat mekanan dari tubuh. Pemasangan infus dilakkan pada pasien yang memerlukan masukan cairan melalui intravena yang mengalami pengeluaran cairan/nutrisi yang berat, dehidrasi, dan syok.
2.2. Tujuan pemasangan infuse
1. Mempertahankan/mengantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tdak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral.
2. Memperbaiki keseimbangan asam basa.
3. Memperbaiki keseimnagan volume komponen-komponen darah.
4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh.
5. Memonitor tekan vena central (CVP).
6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan
2.3. Indikasi pemsangan infuse
1. Pasien dengan keadaan emergency (misalnya pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam intravena.
2. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (sperti furosemid, digoxin)
3. Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar terus menerus melalui intravena
4. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit.
5. Pasien yang mendapatkan transfuse darah.
6. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat).
7. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, mialnya risiko dehodrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolabs (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
2.4. Vena yang boleh dipasang infuse
Pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan ke dalam vena (pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (vena safalika basilica dan vena medianan cubiti), pada tungkai (vena saena) atau pada vena yang ada di kepala , seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anka-anak). Pemasangan infus tidak dianjurkan pada daerah yang mengalami luka bakar, lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu), lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan, atau kerusakan kulit.
2.5. Jenis cairan infuse
1. Cairan hipotonik
Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentraasi ion Na+ lebih rendah disbanding serum) sehingga larut dalam serum dan menurunkan osmalaritasnya serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi.
2. Cairan isotonic
Osmolalitasnya cairan mendekati serum sehingga terus berada didalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi.
3. Cairan hipertonik
Osmolalitasnya lebih tinggi disbanding serum sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu mensstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema.
Pembagian cairan berdasarkan kelompoknya :
1. Kristaloidbersifaat isotonic, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan ke dalam pembuluh darah dalam waktu ayng singkat dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera, misalnya RL dan garam fisiologis.
2. koloidukuran molekulnya cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membrane kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka siftnya hipertonik dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya albumin dan steroid.
Jenis cairan infus :
1. asering
indikasi : dehidrasi pada kondisi gastrointestinal akut, demam berdarah dengue, luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat.
Keunggulan :
a. asetat di metabolism di otot dan maasih dapat ditolerir pada pasien yang mengalami gangguan hati.
b. Pada pemberian sebelum operasi sear, mengatasi asidosis laktat lebih baik daripada RL pada neonates.
c. Mempunyai efek vasodilator.
2. KA-EN 1B
Indikasi : sebagai larutan awal pasien belum diketahui, misalnya pada kasus emergency.
3. KA-EN 3A Dan KA-EN 3B
Indikasi : sebagai larutan untuk memnuhi kebutuhan air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk menggantikan ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas.
4. KA-EN MGE
Indikasi : untuk kasus dimana suplemen NCP dibutuhkan 400 kcal/L
5. KA-EN 4A
Indikasi : larutan infus untuk bayi dan ank-anak, tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik.
6. KA-EN 4B
Indikasi : larutan infus untuk bayi dan anak-anak usia kurang 3 tahun digunakan untuk dehidrasi hipertonik
7. Otsu-NS
Indikasi : untuk resusitasi kehilangan na>cl
8. Otsu –RL
Indikasi : resusitasi, asidosis metabolic, suplai ion bikarbonat
9. Martos 10
Indiaksi : suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetic.
10. Amiparen
Indiaksi : stress metabolic berat, luka bakar, infeksi berat, kwasiokor.
11. Aminovel-600
Indikasi : nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI, penderita GI yang dipuasakan.
12. Pan-amin G
Indikasi : suplai asam amino pada hiponatremia dan stress netabolik ringan, tifoid, nutrisi dini pasca operasi.
2.6. Ukuran jarum infuse
1. Ukuran 16
Guna : dewasa, bedah mayor, trauma, apabila sejumlah besar cairan perlu diinfuskan
Pertimbangan perawat : sakit saat insersi, butuh vena besar.
2. Ukuran 18
Guna : anak dan dewasa, untuk darah, komponen darah dan infus kental lainnya
Pertimbangan perawat : sakit saat insersi butuh vena besar.
3. Ukuran 20
Guna : anak dan dewasa, sesuai untuk kebanyakan cairan infus, darah, komponen darah dan infus kental lainnya.
4. Ukuran 22
Guna : bayi, anak dan dewasa (terutama usia lanjut), cocok untuk sebagian besar cairan infus.
Pertimbangan perawat : lebih mudah menginsersi ke vena yang kecil, tipis dan rapuh, sulit insersi melalui kulit yagn keras.
5. Ukuran 24, 26
Guna : neonates, bayi, ank, dewasa (terutama usia lanjut), sesuai untuk sebagian cairan infus tetapi kecepatan tetesannya lebih lambat
Pertimbangan perawat : untuk vena yang sangat kecil, sulit insersi melalui kulit keras.
2.7. Prosedur pemasangan infuse
1. Alat :
a. Standart infuse
b. Set infuse
c. Cairan sesuai program medic
d. Jarum infus untuk ukuran yang sesuai
e. Pengalas
f. Tornikuet
g. Kapas alcohol
h. Plester
i. Gunting
j. Kasa steril
k. Betadin
l. Sarung tangan
2. Prosedur :
a. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Cuci tangan
c. Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan ke bagian karet atau akses selang ke botol infus.
d. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka klem selang sehingga cairan memenuhi selang dan udara keluar.
e. Letakkan pengaas dibawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan.
f. Lakukan pembendungan dengan tornikuet 10-12 cm diatas tempat penusukkan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengna gerakan sirkular.
g. Gunakan sarung tangan steril
h. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.
i. Lakukan penusukkan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena dengan posisi jarum mengarah keatas.
j. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum maka tarik keluar bagian dalam sambil meneruskan tusukkan ke dalam vena.
k. Setelah jarum infus bagian dalam dilepas atau dikeluarkan, tahan bagian atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian infus dihubungkan/disambungkan dengan selang infuse.
l. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan.
m. Lakukan fiksasi dengan kasa steril
n. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum
o. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
2.8. Prinsip pemasangan infuse
1. Pada anak/paediatrik
a. Karena vena klien sangat rapuh hindari tempat-tempat yang mudah digerakkan/digeser dan gunakan alt pelindung sesuai kebutuhan.
b. Vena-vena kluit kepalasangt mudah pecah dan memerlukan perlindungan agr tidak mudah mengalami infiltrasi.
2. Pada lansia
a. Pada lansia sedapat mengkin gunakan kateter/jarum dengan ukuran paling kecil (24-26). Ukuran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinkan aliran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinnkan aliran darah lebih lancer.
b. Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari jarum.
c. Penggunaan sudut 5-15o saat memasukkan jarum.
2.9. Kontra indikasi dan peringatan pada pemasangan infuse
1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi dilokasi pemasangan infuse.
2. Daerah pada lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan A-V shut pada tindakan hemodialisa.
3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vean kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena ditungkai dan kaki).
2.10. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan infuse.
1. Hematoma : darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena atau kapiler terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan h=jarum
2. Infiltrasi : masuknya cairan infus kedala jaringan sekitar akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
3. Tromboflebitis : bengkak pada pembuluh darah vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketet dan benar.
4. Emboli udara : masuknya udara kedalam sirkulasi darah terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah
B. STRATEGI PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS
1. Pengkajian
Ds : Klien mengatakan BAB lebih dari 6 kali
Klien mengatakan muntah 4x sehari
Klien mengatakan nyeri di bagian abdomen
Klien mengatakan tidak nafsu makan
Klien mengatakan feses cair
Do : Keadaan umum lema Turgor tidak elastic
Bising usus hiperaktif
BB sebelum sakit 65,setelah sakit 55
Mukosa bibir kering
2. Diagnose keperawatan
Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan output yang berlebihan
3. Tujuan umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam,klien dapat cairan tubuh dan elektrolit seimbang dengan kriteria hasil membran mukosa lembab,turgor kulit normal,intake dan output seimbang.
4. Tindakan Keperawatan
Pemberian cairan melalui infuse
5. ORIENTASI1.
1. Salam Terapeutik : assalamualaikum,selamat pagi bu ,perkenalkan nama saya muftiawati Ibu bisa panggil saya mufti,saya yang akan merawat Ibu pagi ini mulai dari jam 07.00 sampai14.00,kalau boleh tau nama Ibu siapa?
K :Ibu Nani.
Ibu Nani bagaimana keadaan Ibu hari ini?
2. Evaluasi/validasi :
Biasanya BAB sehari berapa kali bu?Bagaimana karakteristik feses Ibu?Apa Ibu masih mual dan muntah?
3. Kontrak : topic : baiklah bu karena Ibu BAB lebih dari 6 kali sehari saya akan melakukan tindakan Pemberian cairan melalui infuse
waktu : 15 menit
tempat :ditempat tidur saja
tujuan Interaksi : agar seimabng cairan dan elektrolit Ibu
6. KERJA
Kita mulai ya bu pertama saya cuci tangan terlebih dahulu dan mempersiapkan alat.ibu sebelum saya menyuntikan infus sudah saya cek botolnya dan menghitung tetesannya,kita mulai ya bu saya klem dulu infusannya dan saya sambungkan ke cairan infus,selanjutnya ibu ulurkan tangannya saya cek kondisi vena yang akan ditusuk dan saya pasang tourniquet,saya bersihkan area yang akan ditusuk,saya mulai tusuk ya bu ibu bisa tarik nafas ketika merasa sakit,sudah masuk bu saya sambungkan dengan selangnya dan saya itung tetesannya,sekarang saya plester dan menaruh kasa diatasnya,dan terakhir saya plester kembali sudah selesai bu.
7. TERMINASI1.
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (subyektif) :
P: ibu bagaimana perasaannya setelah dipasang infuse
K: agak kurang nyaman sus dengan infusan yang dipasang,dan terasa pegal-pegal sus
Evaluasi perawat :
klien sudah terpasang infus dengan …x/tpm
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang telah dilakukan) baiklah bu tindakan pemasangan infus sudah dilakukan,saya minta kerjasamanya dari ibu untuk tidak membuka plesternya dan menjaganya agar tidak kotor.
3. Kontrak yang akan datang : baiklah bu,karena tindakan Pemberian cairan melalui infuse sudah selesai saya akan kembali lagiuntuk melakukan tindakan pemberian obat.
Topic : memberikan obat
Waktu : 10.00
Tempat : tempat tidur
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pemasangan infus merupakan teknik yang mencakup penusukan vena melalui transkutan dengan stilet tajam yang kaku seperti angiokateter atau dengan jarum yang disambungkan. Pemberian infus melalui vena.
Tujuan :Untuk mengembalikan kembali cairan tubuh yang hilang dan Sebagai pengganti nutrisi.
Indikasi : kecepatan aliran infus harus di pantau tiap jam
Kontraindikasi : Pada pasien dehidrasi berat
3.2. Saran
Seorang ahli kesehatan atau paramedis mampu dalam melakukan tindakan pemasangan infus secara tepat dan benar serta steril.
DAFTAR PUSTAKA
Yuda. 2011. Macam-macam cairan infuse, (Online), (http://dokteryudabedah.com/infuse-cairan-intravena-macam-macam-cairan-infus, diakses 23 Febuari 2013 )
Nn. Pemasangan infuse intravena. (Online), (http://www.healthyrecipesdiary.org/pemasangan-infus-intravena, diakses 23 Febuari 2013)
Langganan:
Postingan (Atom)